Bahagia memang bukan hanya milik orang-orang tertentu. Kebahagiaan ada di mana-mana karena ia milik semua orang yang mau menerimanya.
Meskipun demikian, setiap orang punya standar kebahagiaan
masing-masing. Mungkin hari ini yang membuatnya bahagia adalah ketika bisa
menyelesaikan tugas lebih cepat dari biasanya. Namun di kesempatan lain,
kebahagian bisa diperoleh saat mendapatkan tantangan baru yang menjanjikan
prestasi yang lebih baik.
Jauh di seberang sana, ada sebagian manusia yang sudah merasa
bahagia luar biasa ketika mendapatkan sepiring nasi dan lauk, meski belum ada
jaminan esok hari bisa mendapat makan layak.
Tentang kebahagiaan, dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيّبَةً
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik-bahagia”. (QS An-Nahl : 97)
Dalam suatu hadits riwayat Imamm Muslim disebutkan:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ
خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ
فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua
keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang
mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah
kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah
kebaikan baginya” (HR Muslim).
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat
senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan
penyempurna keimanan seorang hamba.
Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua
bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur”.
Orang yang mampu mengambil ibrah dari hal-hal yang telah dibuat
oleh Allah sebagai suatu tanda atas kuasaNya hanyalah orang yang beriman dengan
sebenar-benar keimanan. Inilah yang dinyatakan oleh Allah,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kemahakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan
banyak bersyukur” (QS Luqmaan: 31).
Orang yang menerima nikmat tidak akan mendapati nikmat sebagai
anugerah kecuali jika dia mampu bersyukur., jika dia anggap itu sebagai hasil
dari kerja kerasnya dalam usaha maka yang timbul adalah kesombongan.
Orang yang mendapatkan cobaan/musibah tidak akan menemukan isyarat
pencerahan berupa teguran dan peringatan atau ‘ujian kenaikan’ kecuali dia
mampu bersabar, menerima apa yang telah digariskan dengan tanpa meninggalkan
usaha dan doa.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa orang yang selalu membanding-bandingkan
kekayaan/jabatannnya dengan kerabat atau teman dekatnya, cenderung tidak bahagia
dan kerap merasa kecewa.
Lantas, bagaimana menemukan kebahagiaan itu? Sebenarnya, bahagia
itu sederhana. Kunci kebahagiaan terletak pada keimanan dan sikap kita sebagai
orang yang beriman. Dengan mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki, dan
berjuang sepenuh hati untuk tujuan yang besar dan positif, maka kebahagiaan
akan selalu mengalir di kehidupan kita. Wallahu a’lam bishshowab