Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Join us on Facebook

Side Ads

Cari Blog Ini

My Facebook

.

.

Mengenal Sindrom Pre Menstruasi atau PMS (Pre Menstruation Syndrome)

Jumat, 29 Januari 2016

Perasaan galau tidak karuan, gampang sedih, ngambek, mudah tersinggung dan menangis sepertinya sudah menjadi menu bulanan perempuan yang mengalami haid. Meskipun tidak selalu muncul, namun sudah dimaklumi bahwa perempuan akan menjadi lebih sensitif ketika datang bulan. Suatu hal yang wajar namun bisa diatasi insyaallah, tentunya dengan cara-cara yang syar’i supaya hari-hari yang dilalui seorang perempuan haid bisa lebih bernilai positif.
Mengapa Jadi Lebih Sensitif ? Kondisi emosional perempuan yang sedang haid memang lebih labil dari biasanya. Hal ini bukan sekedar mitos namun fakta yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Semua perubahan kondisi fisik dan kejiwaan perempuan haid disebabkan oleh hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Maka tidak heran jika perempuan yang sedang haid menjadi lebih labil (berubah-ubah), kadang sangat bersemangat, namun kadang sangat sensitif dan mudah tersinggung.

Mengenal Sindrom Pre Menstruasi atau PMS (Pre Menstruation Syndrome)

Sindrom pre-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (pre-menstruation syndrome) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan proses terjadinya siklus haid perempuan. Sekitar 80%-95% perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pra-haid yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya.

Gejala tersebut seringkali terjadi secara teratur pada dua pekan periode sebelum haid. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Sebagian kecil dari kalangan perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun dapat mengalami sindrom pra-haid dengan sangat hebat pengaruhnya. Terkadang mengharuskan mereka beristirahat dari kesibukan rutinitias hariannya. Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan. Gejala tersebut terjadi sekitar dua pekan sebelum haid dan seringkali dianggap hal yang lumrah bagi perempuan usia produktif.
Sekitar 80%-95% perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pra-haid yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya.

Faktor Risiko Terjadinya Sindrom Pre Menstruasi

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS, antara lain:
• Perempuan yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksemia).
• Status perkawinan (perempuan yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum).
• Usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun).
• Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).
• Diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS).
• Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
• Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).

Mengenal 4 Tipe Sindrom Pre Menstruasi

Ada 4 tipe PMS dan setiap tipe memiliki gejalanya sendiri, yaitu :

1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa perempuan mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi minum kopi.

2.  PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (bengkak), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat  juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula serta membatasi minum sehari-hari.

3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

4. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata- kata (verbalisasi), bahkan kadang- kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri.
Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.
Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Ada pula kram perut pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan. Banyak perempuan yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut.
Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS walaupun kadang bersamaan dengan gejala PMS.

Bagaimana Cara Mengendalikan Emosi?

Sebagaimana kita perlu mengendalikan emosi marah, maka emosi sedih dan gundah gulana juga perlu kita kendalikan. Kondisi kejiwaan dan emosional yang sedang labil tidak boleh menjadi alasan untuk terus menerus larut dalam kesedihan. Berikut ini beberapa langkah yang bisa ditempuh para perempuan untuk mengendalikan kondisi emosional ketika sedang haid :
. . . tidak pernah didapati orang yang ikhlas dalam berdzikir dan berdoa kepada Allah mengalami depresi atau yang semisalnya.
1. Banyak berdzikir, mengingat Allah.
Kondisi seseorang yang menenangkan diri dengan cara berdzir dan berdoa pada Allah  terbukti bisa melejitkan kadar serotonin (hormon yang memunculkan efek bahagia atau gembira). Maka tidak pernah didapati orang yang ikhlas dalam berdzikir dan berdoa kepada Allah mengalami depresi atau yang semisalnya.

2. Mengalihkan emosi negatif ke hal-hal yang lebih bersifat positif.
Adakalanya kita tidak bisa tenang dengan sekedar meniatkan atau menginginkannya. Untuk itu diperlukan usaha untuk lebih menekan perasaan atau suasana hati yang tidak baik. Alihakan emosi dan tenaga yang dimiliki kepada kegiatan yang lebih bermanfaat dan tentunya tidak melanggar syari’at. Mendengarkan kajian sambil minum segelas minuman hangat bisa jadi pilihan ketika kita butuh menenangkan diri. Jangan mengikuti perasaan dengan membiarkan diri kita melamun atau mengerjakan hal-hal negatif seperti misalnya banyak mengeluh di facebook atau marah-marah tanpa alasan yang jelas.

3. Terapi bicara pada orang lain.
Dalam kondisi sendirian, seseorang lebih mudah terjatuh pada kegiatan negatif karena kurangnya kontrol sosial. Carilah teman yang bisa memberikan nasihat bermanfaat dan amanah (bisa dipercaya). Terapi bicara disini tidak berarti kita harus menumpahkan semua uneg-uneg hingga membuka aib pribadi. Bicara yang dimaksud adalah berusaha tetap terkoneksi dengan orang di sekitar kita, semisal orangtua, saudara, atau teman. Pembicaraan yang diangkat hendaknya yang bermanfaat dan tidak menambah beban pikiran kita. Ketika kita berbicara pada orang yang kita percaya, maka tubuh kita akan melepaskan senyawa-senyawa kimia yang merangsang perasaan gembira. Yang paling menonjol adalah dilepaskannya oksitosin akibat adanya perasaan aman, penuh dukungan, dan positif. Terapi bicara juga ditujukan untuk mempelajari strategi baru dalam mengatasi stress atau tekanan. Jika kondisi memungkinkan, momen silaturrohim ke keluarga atau ziarah ke rumah temah bisa menjadi wasilah (jalan) untuk melakukan terapi bicara.

4. Berolahraga.
Perempuan yang sedang haid tidak dilarang melakukan olahraga selama tidak berlebihan. Jangan lupa untuk melakukan pemanasan supaya perut tidak kram. Pilih olahraga ringan namun kontinu seperti jalan kaki atau senam. Tidak perlu sampai berjam-jam, cukup 20-30 menit namun rutin dalam berolahraga.

5. Mengerjakan Hobi.
Kesukaan kita pada sesuatu hal akan sangat membantu meningkatkan mood atau suasana hati yang tidak baik. Namun tentu saja kita harus memilih hobi yag bermanfaat dan tidak menyalahi syari’at. Kerjakan hobi di saat kita mulai dilanda suasana hati tidak menentu maka kita akan merasakan manfaatnya. Mungkin saja kita sudah lama tidak mengerjakan hobi karena minimnya waktu luang, maka ketika ada kesempatan segera manfaatkan dengan sebaik- baiknya. Hobi membaca, menulis, berkebun, menyulam, menjahit, atau memasak merupakan beberapa contoh hobi yang bisa dikerjakan perempuan yang sedang haid tanpa harus keluar rumah.


Beberapa contoh yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil contoh cara-cara untuk mengatasi suasan hati yang tidak baik ketika sedang haid. Masih banyak lagi cara lain yang bisa ditempuh untuk menyingkirkan perasaan sedih atau galau. Namun satu hal yang harus selalu diingat, hendaknya jangan selalu mengikuti kata hati dan berhati-hatilah dengan bisikan syaithon. Hal ini mengingat kondisi keimanan seorang perempuan yang sedang haid biasanya turun drastis dari hari biasanya. Tepislah setiap niat atau pikiran buruk dan segera alihkan pada hal-hal yang bermanfaat. Meskipun tidak bisa sholat atau puasa, namun masih banyak ibadah yang bisa dikerjakan ketika sedang haid, seperti sedekah, mendengarkan kajian, dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Telu Wolu 38

Most Reading

Jadwal Waktu Sholat