Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Join us on Facebook

Side Ads

Cari Blog Ini

My Facebook

.

.

Selama Masih Urusan Dunia...

Kamis, 10 Desember 2015

Ia Bukan Apa-apa, Bukan Masalah Besar atau Layak Untuk Dibesar-besarkan.

Diceritakan bahwa, ada seorang lelaki yang sedang hanyut dalam kesedihannya datang menemui Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a, ia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku.”

Sayyidina Ali menjawab, “Aku akan mengajukan dua pertanyaan kepadamu dan jawablah !”
Lelaki itu berkata, “Ya, tanyakanlah !”
“Apakah engkau datang ke dunia bersama dengan masalah-masalah ini?” kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.
“Tentu tidak” jawabnya.
“Lalu apakah kau akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah-masalah ini?” tanya Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.
“Tidak juga” jawabnya.

Lalu Sayidina Ali r.a berkata: “Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi?”
“Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini. Bersabarlah atas urusan dunia..
Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan….
TERSENYUMLAH..!
KERANA RIZKIMU TELAH DIBAGI DAN DISUSUN RAPI OLEH ALLAH
DAN URUSAN HIDUPMU JUGA TELAH DIATUR OLEH YANG MAHA PENCIPTA...
Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur…”

Kemudian Sayyidina Ali bin Abi thalib r.a meneruskan ungkapannya,
“Seorang mukmin hidup dalam dua hal, yaitu kesulitan dan kemudahan. Keduanya adalah nikmat jika ia menyadarinya.
Di balik kemudahan ada rasa syukur. Sementara Allah telah berfirman,
وَسَيَجۡزِي ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ ١٤٤
“Allah akan Memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Ali Imran: 144)

Dan di balik kesulitan ada kesabaran, dan Allah telah berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ١٠
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)

Bagi seorang mukmin, kesulitan dan kemudahan adalah ladang untuk menabung pahala dan merupakan hadiah dari Allah Subhanahu Wata’ala. Lalu kenapa masih bersedih?
Jangan selalu mengeluh “Ohh.. Betapa besar masalah yang aku hadapi”. Tapi katakan pada masalah itu, Sungguh aku punya Allah yang Maha Besar”.

Semoga cerita di atas menjadi bahan renungan untuk kita dalam mengarungi pasang-surut kehidupan dunia.

Hanya kepada Allah lah aku menyerahkan urusan hidup ini… Dan hanya kepada Allah lah tempat aku bergantung mengharap dan memohon pertolongan. Wallahu a’lam bisshawab.

Alqur'an, Tafsir, Terjemah dan Wanita Haid

Minggu, 05 Juli 2015

 Pengertian Alqur’an secara etimologi (bahasa)

Ditinjau dari bahasa, alqur’an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk masdar dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah alqur’an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.

Pengertian Alqur’an secara terminologi (istilah islam)

Secara istilah, alqur’an diartikan sebagai kalam Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat Jibril dan mambaca alqur’an dinilai ibadah kepada Allah swt.


Alqur’an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad saw. Alqur’an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Alqur’an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam alqur’an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Alqur’an merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang.

Dari pengertian di atas diketahui bahwa alqur’an merupakan media ibadah yang ringan karena pelaksanaannya bisa kapanpun dan di manapun, namun memiliki nilai pahala yang patut untuk diperhitungkan, apalagi saat Ramadhan seperti sekarang ini, tentu pahalanya akan semakin berlipat ganda. Tidak demikian dengan para wanita, ada satu waktu dimana mereka mengalami haid. Sebagaimana disebutkan oleh para ulama bahwa di antara hal yang menghalangi seseorang untuk menjalankan ibadah, termasuk membaca alqur’an adalah haid. Ketika mengalami haid tersebut, tentu mereka terhalang untuk membaca alqur’an sehingga peluang untuk menabung pahala dari alqur’anpun akan tertahan.

Apa yang telah dijabarkan di atas adalah ketentuan untuk cetakan alqur’an yang murni, alias tidak ada tafsir atau terjemahannya. Lalu, apakah ketentuannya akan sama untuk tafsir alqur’an dan terjemahannya ???. Berikut ulasan singkatnya,

Dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidiin disebutkan:

(مسألة ى) يُكْرَهُ حَمْلُ التّفْسِيْر ومَسُّه إِنْ زَادَ على القُرْآن وإلَّا حرم. وتَحْرُمُ قِرَاءَةُ القُرْآنِ عَلى نَحْوِ جُنُبٍ بِقَصْدِ القِرَاءةِ ولَوْ مَعَ غَيْرِهَا لاَ مَعَ الإِطْلاَقِ عَلى الرّاجِحِ ولاَ بِقَصْدِ غَيْرِ القِرَاءةِ كَرَدِّ غَلَطٍ وتَعْلِيْمٍ وتَبَرُّكٍ ودُعَاءٍ .

“Makruh membawa dan memegang tafsir yang jumlah hurufnya melebihi huruf qur’annya, bahkan haram jika jumlah hurufnya lebih sedikit dari qur’annya. Dan haram membaca alqur’an bagi orang-orang yang dalam keadaan junub dan sejenisnya (orang yang berhadats besar) bila bertujuan untuk membacanya meskipun alqur’annya bersama tulisan lain, tapi tidak haram baginya bila memutlakkan tujuannya menurut pendapat yang kuat. Juga tidak haram tanpa adanya tujuan membacanya seperti saat membenarkan bacaan yang salah, mengajar, mencari keberkahan dan berdoa.” [Bughyah al-Mustarsyidiin hal. 26].

Kesimpulan :
-     Membaca alquran bagi wanita haid hukumnya haram, kecuali bila tidak terdapat unsur qoshdul qiroáh (bertujuan membaca alqur’an) seperti bertujuan membenarkan bacaan yang salah, mengajarkan alqur’an, mencari keberkahan atau berdoa.
-     Memegang/membawa alqur’an yang ada tafsirnya bagi wanita haid hukumnya haram kecuali bila jumlah huruf tafsirnya lebih banyak ketimbang huruf alqur’annya, maka hukumnya makruh. Dengan catatan tidak memegang/menyentuh bagian tulisan alqur’annya.
Sedangkan untuk masalah memegang/membawa alqur’an yang ada terjemahnya, mutlak haram kecuali saat ia menghawatirkan tersia-siakannya alqur’an [1]. Dalam Kitab Nihayah Az-zein disebutkan,

أمَّا تَرْجَمَةُ المُصْحَفِ المَكْتُوْبَةِ تَحْتَ سُطُوْرِهِ فَلَا تُعْطَى حُكْمَ التَّفْسِيْرِ بَلْ تَبْقَى لِلْمُصْحَفِ حُرْمَةُ مَسِّهِ وحَمْلِهِ كَمَا أَفْتَى بِه السيّد أَحْمَدُ دَحْلَان حَتّى قَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ كِتَابَةَ تَرْجَمَةِ المُصْحَف حَرَامٌ مُطْلَقاً سَوَاءٌ كاَنَتْ تَحْتَهُ أَمْ لَا فَحِيْنَئِذٍ يَنْبَغِي أَنْ يُكْتَبَ بَعْدَ المُصْحَفِ تَفْسِيْرُهُ بِالعَرَبِيّةِ ثُمّ يُكْتَبُ تَرْجَمَةُ ذَلِكَ التَّفْسِيْرِ

“Terjemah Alquran yang ditulis di bawahnya tidak bisa disamakan dengan hukum tafsir alqur’an (dimana kalau jumlah huruf qur’annya lebih banyak ketimbang huruf tafsirnya tidak boleh dipegang oleh orang yang menanggung hadats). Hukum yang berlaku untuk terjemah alqur’an sama dengan alqur’an dalam arti tidak boleh dibawa/dipegang oleh orang yang hadats, seperti yang difatwakan oleh Sayyid Ahmad Dahlan. Bahkan sebagian ulama menyatakan menerjemah alqur’an di bawahnya atau di mana saja hukumnya haram secara mutlak, karena sebaiknya ditulis qur’annya dulu baru ditulis tafsirnya kemudian baru diterjemahkan tafsirnya.” (Nihayah Az-zain I/33).

Sedikit tambahan,
Kalau ketentuan untuk orang yang berhadats besar termasuk wanita haid terkait alqur’an adalah demikian, apakah bagi mereka yang berhadats kecil juga sama???. Jawabnya adalah, sama, kecuali dalam masalah membaca alqur’an. Bagi orang yang berhadats kecil diperbolehkan untuk membaca al’qur’an tanpa menyentuh dan membawanya.
Wallaahu A'lamu Bishshawaab




Catatan :
[1]. Disebutkan dalam kitab Faidhul Khabir,

إعلم أن الترجمة لغة النقل وعرفا قسمان : ترجمة معنوية تفسيرية وهي عبارة عن بيان معنى الكلام وشرحه بلغة أخرى من غير تقييد بحرفية النظم ومراعاة أسلوب الأصل وترتيبه .فيض الخبير : .٢٣
.أما الترجمة التفسيرية المعنوية لأحكامه فجائزة اتفاقا بشرط التثبت في النقل والتحري لأقوال الصحابة والتابعين و علماء السنة فيكون تفسيرا موجزا صحيحا كافيا على قدر المستطاع و يعتبر بيانا لا قرأنا و تبليغا لأحكامه لا معجزا و تبيانا. فيض القدير ص : ٢٦

Ada yang mengatakan bahwa terjemah yang ada sekarang ini termasuk terjemah tafsiriyah ma'nawiyah, karena terjemah tersebut diambil dari tafsir yang diakui maka bisa dikategorikan juga sebagai tafsir, sehingga hukumya sama seperti tafsir murni. Sebagaimana ketentuan di atas, jika jumlah hurufnya lebih banyak ketimbang qur’annya maka boleh memegang/membawanya.
Wallahu a’lam bishshawab.

Tidak Cukup Hanya Lapar Dan Dahaga

Jumat, 03 Juli 2015

Sebagian orang beranggapan bahwa keridho-an Allah di bulan Ramadhan bisa didapatkan hanya dengan menahan lapar dan dahaga mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari waktu maghrib. Padahal tidak demikian, karena puasa adalah suatu ibadah yang sangat sempurna yang memiliki beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka mustahil Allah akan ridho dengan apa yang telah dikerjakannya. Alih-allih mendapat pahala yang berlipat ganda, justru yang ia dapatkan hanyalah siksaan yang berupa lapar dan dahaga di dunia, dan lebih parah lagi siksaan yang pedih kelak di akhirat.

Ibnu Majah telah meriwayatkan satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallallahu anhu, beliau berkata, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : ”Banyak sekali orang-orang yang berpuasa, yang dia dapatkan dari puasanya itu hanya lapar dan dahaga. Dan banyak sekali orang yang qiyamullail (ibadah diwaktu malam), yang dia dapatkan dari ibadahnya itu hanya terjaga di waktu malam.” (H.R Ibnu Majah)

Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita berpuasa untuk membersihkan diri kita dari nafsu-nafsu yang kotor kemudian menghiasinya dengan akhlaq yang terpuji sehingga mata batin kita menjadi jernih. Allah sebutkan dalam alqur’an tentang tujuan puasa ini adalah agar kita menjadi orang yang bertaqwa,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S Al Baqarah : 182)

Dan inilah puasa yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Imam Bukhari meriwayatkan satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : “Barang siapa yang tidak mau meninggalkan perkataan dan pekerjaan bohong, maka Allah tiada peduli dengan apa yang diusahakannya dengan meninggalkan makan dan minum (puasanya).” (H.R Imam Bukhori)

Dalam riwayat yang lain sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu juga menyebutkan,
“Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala berfirman (dalam hadits qudsi) : “Semua amal ibadah manusia bagi mereka sendiri kecuali puasa, karena puasa adalah hakku dan Aku yang akan melipat gandakan pahalanya sesuai kehendak-Ku. Dan puasa merupakan perisai (yang menghalangi gerak nafsu), maka ketika datang masa puasa salah seorang diantara kalian, janganlah ia berkata yang kotor dan membentak-bentak. Jika ada yang memaki atau memusuhinya maka hendaklah ia berkata, “saya adalah orang yang sedang berpuasa”. (H.R Imam Bukhori)

Maka dari itu, jagalah selalu puasa kita dan sempurkanlah ibadah kita. Sadarilah bahwa pahala yang dijanjikan untuk orang-orang yang berpuasa hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang bisa menahan diri mereka dari perilaku yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya, tidak hanya dengan menahan lapar dan dahaga seharian.

Coba sejenak kita renungkan,
Apa yang telah kita kerjakan seharian ini… masihkah kata-kata kotor keluar dengan begitu mudahnya dari mulut ini, masihkah pandangan-pandangan jahil yang menuntun mata ini, masihkah tangan dan kaki ini bergerak sekehendak diri mengikuti nafsu yang semakin menjadi-jadi…

Duh Gusti… berilah hamba-Mu ini kekuatan agar mampu melewati sisa waktu yang Engkau berkahi, mengisinya dengan hal-hal yang membahagiakan-Mu dan Membahagiakan Kekasih-Mu, Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Amin.

Manfaatkah Ilmu Kita ???

Selasa, 30 Juni 2015

Ibnu Atho’illah As-sakandary dalam kitab Al Hikamnya berkata,

خير العلم ما كانت الخشية معه

”Sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bisa mendatangkan ketakutan kepada Allah bersamanya”.
Ilmu yang baik bukanlah ilmu yang banyak dan berapa jilid kitab yang telah dipelajarinya, namun tolok ukur dari suatu ilmu dikatakan BAIK dan MANFAATyaitu apabila ilmu tersebut bisa mendatangkan rasa takut kepada Allah. Takut dalam arti tidak berani meninggalkan yang diperintahkan danmenjalankan apa yang dilarang.
Oleh sebab itu Allah Azza Wajalla mendeskripsikan bahwa yang dinamakan Ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah, Dia berfirman,

إنما يحشى الله من عباده العلماء

Ilmu yang dimiliki oleh seseorang hendaknya membuat ia semakin dekat kepada Allah dengan rajin menjalankan perintahnya dan sekuat tenaga menjauhi laranganNya karena dilandasi takut akan murka Allah subhanahu wata’ala.
Sayyidina Ali radhiyallahu anhu pernah berkata bahwa yang disebut orang alim bukanlah orang yang banyak ilmunya, akan tetapi yang disebut orang alim adalah orang yang dapat mengamalkan ilmunya. Mencari ilmu itu berat dan susah, akan tetapi mengamalkannya jauh lebih susah.
Oleh sebab itu agar ilmu yang kita miliki tersebut membawa imbas terhadap rasa khosyah kita kepada Allah, maka sangat perlu diperhatikan dari mana kita memperoleh ilmu tersebut. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

العلم من الدّين، فانظروا من أين تأخذون دينكم

”Ilmu merupakan bagian dari agama, sebab itu.. lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian”.
Guru yang alim dan adil memiliki peranan penting dalam membimbing ruhani kita, sebab salah dalam mengambil guru itu sama halnya salah tujuan yang berakibat salahnya aqidah dan pola pikir kita. Jangan sampai ilmu yang kita miliki hanya “menthok” pada dinding-dinding perpustakaan atau pada jilid-jilid buku dan kitab karena tidak bersambung hingga Nabiyyuna Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Mendalami ilmu dari buku ataupun kitab tidaklah tercela hanya saja ketika menemukan sejumlah musykilah hendaklah bertanya kepada ahlinya,

فاسئلوآ أهل الذّكر إن كنتم لا تعلمون ..

” maka bertanyalah kalian kepada orang yang mengerti,  jika kalian tidak mengerti”.
Semoga apa yang telah kita usahakan dalam rangka pemenuhan kelayakan diri untuk menjadi pribadi yang mumpuni dalam penghambaan kepada ilahi diridhoi. Amien, Wallahua’lam…

Gagal Itu Biasa, Tapi Jangan Takut Untuk Mencoba

Jumat, 12 Juni 2015

Kita tahu semua orang memandang rendah terhadap orang yang gagal, memandang sebelah mata terhadap ‘’mereka yang terpuruk”. Gagal dianggap sebagai pantangan, mengukur seseorang melalui prestasi yang diraih, menilai tinggi kesuksesan dan menilai rendah terhadap kegagalan. Memuji-muji mereka yang sukses dan mencemooh, menghina bahkan memandang rendah mereka yang gagal. Sehingga gagal dianggap sebagai aib yang haram terjadi.

Benarkah seburuk itu kegagalan?

Tidakkah kita membaca… Kenyata’anya, dalam kehidupan ini banyak tokoh-tokoh besar, tak terkecuali para Rasul yang dibekali dengan berbagai kelebihan terlahir dan dikenal setelah mereka digembleng oleh berbagai kegagalan. Bahkan semakin banyak mereka gagal semakin hebat mereka sesudahnya.
Terus… masihkah kita takut mengalami kegagalan jika kegagalan itu adalah jalan menuju kesuksesan???.

Teringat sebuah kata bijak, “hanya layang-layang yang berani menantang laju angin yang mampu terbang tinggi”.

Pada dasarnya semua orang beranggapan penting menang terlalu dibesar-besarkan sehingga lupa bahwa sesungguhnya dengan kegagalan kita akhirnya menjadi pemenang yang unggul.
Nah, kalau begitu kenapa kita mesti takut gagal jika kegagalan adalah step yang mesti kita lalui dalam proses mencapai kesuksesan.

Oh salah ..., lebih tepatnya “kesuksesan sejati”, karena kita lebih tahu secara komplek mengenai kesuksesan yang telah kita raih, bukan sekedar sukses, tapi kita juga mendapatkan pelajaran dari kegagalan yang kita alami sebelumnya.

Seringkali orang-orang memandang orang yang sukses dari segi suksesnya saja tanpa tahu liku-liku di balik perjalanan menuju kesuksesan itu. Padahal di balik kesuksesan seseorang terdapat seribu kegagalan yang dia alami sebelum akhirnya menuai kesuksesan.

“Orang yang ‘sukses’ sebenarnya lebih banyak mengalami kegagalan dari pada orang yang ‘gagal’, hanya karena mereka lebih banyak mencoba dari pada orang yang tidak sukses”. Ya begitulah sebenarnya apa yang terjadi, selalu mencoba dan mencoba. Gagal bukanlah sebuah akhir perjuangan melainkan gagal adalah pelajaran dari awal perjuangan kita yang lebih cerdas. Jadi, jika kita ingin menjadi sesuatu maka kita harus bersedia melakukan apa yang dibutuhkan untuk menjadi sesuatu itu.

// hanya layang-layang yang berani menantang laju angin yang mampu terbang tinggi //

Setiap orang minimal harus pernah gagal sekali. Semakin parah kegagalan, semakin besar peluang meraih kesuksesan di kemudian hari. Tapi jika kita tidak berani mengambil resiko kegagalan, ada satu cara mengelak dari keterpurukan akibat kegagalan. “Jangan menjadi apa-apa dan jangan berbuat apa-apa, bunuh semua cita-cita”. Solusi ini terbukti dan telah teruji tak pernah gagal.

Kalau begitu, masihkah ada alasan bagi kita untuk takut akan kegagalan ?. Jangan berhenti untuk terus mencoba, karena kita tak akan pernah tahu hasilnya sampai kita mencobanya. Seperti kata Iwan Fals, “Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.

Balik lagi, kegagalan bukanlah sebuah akhir dari perjalanan hidup kita, melainkan awal dari perjuangan hidup kita yang lebih cerdas. Kesuksesan itu telah ada di hadapan kita, tinggal kita mau meraihnya apa tidak.

Adakah Yang Lebih Penting ..???

Ketidaktahuan akan masalah agama nggak semuanya merupakan hal yang bisa ditolerir,,
Sangatlah tepat jika ada yang mengatakan “orang yang bodoh adalah musuh bagi dirinya sendiri” so, orang yang jernih akalnya akan selalu mendahulukan perkara-perkara terpenting diantara yang penting… maka cobalah kita bertanya pada diri kita.. “ADAKAH YANG LEBIH PENTING DARI MENUNTUT ILMU AGAMA..???
Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,

إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ

Sementara kita jelas-jelas ingin menjadi yang terbaik-yang dipandangNya, dengan cara memperjuangan sifat diri dalam penghambaan kepadaNya melalui “CARA-CARA YANG TELAH DITENTUKANNYA” demi untuk meraih taqwa yang didamba. Nah,, untuk meraih taqwa jalan satu-satunya tentunya dengan mempelajari ilmu agama,,
Lha bagaimana bisa taqwa kalau Nggak ngerti halal-haram, Nggak bisa bedakan yang wajib dan yang sunnah, Nggak ngerti perkara yang manfaat dan yang membahayakan agamanya…??? It’s a IMPOSSIBLE strength…

Kita sama-sama ngerti bahwa ilmu agama adalah ilmu yang punya keutamaan yang begitu besar untuk dipelajari, maka kita mesti terus memupuk rasa semangat dalam diri kita sehingga tidak kendor. Lantas, bagaimana caranya..???
Coba kita perhatikan bagaimana teladan ulama dalam hal semangat belajar ini;
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَتَعْجِزْ

Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan menjadi orang yang lemah (patah semangat).” (HR. Muslim no. 2664).

Imam Nawawi mengatakan tentang hadits di atas, “Bersemangatlah dalam melakukan ketaatan pada Allah, selalu berharaplah pada Allah dan carilah dengan meminta tolong pada-Nya. Jangan patah semangat, yaitu jangan malas dalam melakukan ketaatan dan jangan lemah dari mencari pertolongan.” (Syarh Shahih Muslim, 16 : 194).

Dalam hadits di atas disebutkan ada tiga cara yang dapat kita pahami agar semangat kita dalam belajar tidak kendor, yaitu:
1- Semangat untuk meraih ilmu yang bermanfaat. Ketika seseorang mendapatkan hal yang bermanfaat tersebut, hendaklah ia terus semangat untuk meraihnya.
2- Meminta tolong pada Allah untuk meraih ilmu tersebut.
3- Tidak patah semangat untuk meraih tujuan.
Mari kita lihat beberapa perkataan ulama salaf yang menunjukkan semangat mereka dalam belajar.
Al Junaid rahimahullah berkata :

مَاطَلَبَ أَحَدٌ شَيْئاً بِجِدٍّ وصِدْقٍ إلاَّ نَالَهُ، فَإِنْ لَمْ يَنَلْهُ كُلَّهُ نَالَهُ بَعْضَهُ

“Tidaklah seseorang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran, melainkan ia akan meraihnya,  jika tidak seluruhnya, ia pasti meraih sebagiannya.”

Lihat saja bagaimana semangat para ulama. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal masih usia belia, terkadang beliau sudah keluar menuju halaqoh para ulama sebelum Shubuh. Ibunya saat itu mengambil bajunya dan mengatakan –sebagai tanda sayang pada Imam Ahmad-, “Tunggu saja sampai suara adzan dikumandangkan atau tiba waktu Shubuh.”

Coba perhatikan, Imam Ahmad sebelum Shubuh saja sudah bersiap-siap untuk belajar, sedangkan mata kita saat itu masih sulit untuk bangkit dari tidur yang nyenyak!
Lihat pula bagaimana semangat Al Khotib Al Baghdadi ketika membaca kitab Shahih Al Bukhari hingga tuntas pada gurunya Isma’il Al Hiriy dalam tiga kali majelis. Bagaimana majelis tersebut? Majelis pertama dan kedua dibacakan kitab shahih tersebut mulai dari Maghrib hingga Shubuh. Majelis ketiga, shahih Bukhari dibacakan dari waktu Dhuha hingga Maghrib dan dilanjutkan terus hingga terbit fajar Shubuh.

Lihat pula semangatnya Abu Muhammad bin At Tabban dalam awal-awal belajar. Ia ketika itu belajar dalam seluruh malam. Karena begitu sayang, ibunya sampai melarang ia membaca di malam hari seperti itu. Caranya agar bisa terus belajar, Abu Muhammad mengambil lampu dan diletakkan di bawah baskom sehingga dikira dirinya sudah tidur. Jika ibunya telah tidur, ia mengambil kembali lampu tersebut dan ia melanjutkan belajarnya di malam hari.

Subhanallah! Luar biasa semangat Abu Muhammad rahimahullah dalam belajar. Bagaimana dengan kita yang terus malas-malasan bahkan mungkin tidak pernah mengenal begadang (saharul-layaali) dalam menimba ilmu agama Islam?

Ibnu ‘Aqil ketika usianya mencapai 80 tahun, ia bersenandung:

Semangatku tidaklah luntur di masa tuaku,
Begitu pula semangatku dalam ibadah tidaklah usang.
Walau terdapat uban di rambut kepalaku, namun tidak melunturkan semangatku.
Hanya Allah yang memberi taufik untuk terus semangat dalam belajar.

Masih banyak cerita-cerita dari mereka para ulama yang begitu gigih dan tak pernah patah semangat dalam menimba ilmu agama. Namun, cukup kiranya sedikit cerita di atas dapat menggugah semangat kita untuk terus dan terus megkaji dan mendalami ilmu agama, meskipun di luar sana banyak sekali yang mencibirnya. Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih mengenalNya agar apa yang kita idam-idamkan terlaksana, yaitu menjadi sosok yang bertaqwa kepadaNya.

اللّهُمّ أَرِنَا الحَقَّ حَقًّا وارْزُقْنَا اتِّباَعَهُ، وأَرِنَا الباَطِلَ بَاطِلاً وارْزُقْناَ اجْتِناَبَهُ ولَا تَجْعَلْهُ عَلَيْناَ مُتَشَابِهاً فَنَتَّبِعَ الهَوَى

Wallallahu a’lam bishsshowab,

10 Alasan Perempuan Hobi Baca Buku Layak Dijadikan Istri

Senin, 25 Mei 2015

Buat laki-laki yang sedang mencari calon istri, tak ada salahnya menjadikan hobi membaca sebagai salah satu kriteria selain cantik dan salihah. Bukan kenapa-napa sih, perempuan yang akan kalian nikahi itu kan calon ibu bagi anak-anak. Lha kalau ibunya sendiri tak suka membaca, lalu model anak bagaimana yang akan dihasilkan kelak ???.
Di bawah ini ada 10 alasan mengapa perempuan yang memunyai hobi baca itu sangat pantas dan layak dijadikan istri. Yuk... mari disimak...

1.  Nggak manja
Dia menikmati waktunya bersama buku, bukan tipe yang sedikit-sedikit nyari suaminya  sekadar untuk menemani. Ketika suami harus lembur pun, dia gak akan mati gaya bingung mau ngapain di rumah sendirian. Buku adalah temannya dalam menanti suami di rumah. Memang sih, ketika dia keasikan membaca buku, ada kalanya suami merasa diabaikan. Habis, konsentrasi penuh ke buku sih. Tapi ini nggak lama kok. Bakti ke suami tetap nomor satulah, namanya juga perempuan salihah.
2.  Mempunyai rasa empati yang tinggi
Penelitian membuktikan bahwa mereka yang hobi membaca karya fiksi (novel dan cerpen) mempunyai rasa empati yang tinggi terhadap orang lain. Itu karena bacaan novel dan cerpen berisi berbagai macam karakter dan pembaca diajak ikut larut di dalamnya. Situasi ini membuat pembaca memahami masing-masing karakter di dalam novel baik masalahnya maupun cara menyelesaikannya.
3. Tipe yang kritis
Perempuan yang hobi membaca adalah tipe yang asik untuk diajak ngobrol dan berpikir dalam menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pernikahan. Kemampuan menganalisis masalah kuat sehingga menghasilkan solusi yang insya Allah cemerlang.
4. Mudah membuatnya bahagia
Bila ingin jalan-jalan, ajak saja dia ke toko buku dan biarkan ia memilih buku favoritnya. Ingin memberinya hadiah? Buku lebih dicintainya daripada perhiasan mahal lainnya. Selain mudah juga murah, kan? Meskipun bila dikasih berlian dia juga makin bahagia sih hehehe.
5. Wawasannya luas
Karena wawasan yang luas, suami dan anak-anak kelak bisa bertanya apa saja padanya. Bahan bacaan yang banyak membuatnya kaya kosakata. Ia sangat pantas menjadi guru bagi anak-anaknya, madrasah pertama dan utama bagi generasi.
6. Daya imajinasinya tinggi
  Seseorang yang berdaya imajinasi tinggi tampil menarik. Ia akan memunyai banyak terobosan baru dalam kehidupan rumah tangga agar tak terasa menjemukan.
7.  Pendengar yang baik
Seseorang yang mampu membaca banyak buku terutama novel dengan berbagai macam cerita di dalamnya biasanya mampu juga menjadi pendengar yang baik bagi suami yang memunyai kisah hidup di balik sosoknya yang tangguh.
8.  Ingatannya tajam
Hobi membaca membuat ingatan seseorang menjadi tajam. Ia mudah mengingat hal-hal kecil yang biasanya dilupakan pria atau suami. Tanggal pernikahan, hari lahir anak, sesuatu yang disukai atau dibenci suami, dll.
9. Mudah bersosialisasi
 Penggemar buku biasanya gemar pula bertemu dengan banyak orang untuk bersosialisasi. Misalnya gabung dengan klub buku, menghadiri diskusi bedah buku dan semacamnya. Ia menjadi sosok yang supel dan banyak teman.
10.Di antara semua poin di atas, beristrikan penggemar buku yang cinta membaca membuat suami ketularan hal positif. Daripada waktu luang untuk bengong atau bingung mau ngapain, buku bisa dijadikan solusi kegiatan untuk berdua. Selain bertambah wawasan, cinta pun semakin merekah karena banyak kejutan baru yang ditemukan dalam buku. Tidak percaya? Coba saja!

Wah...ternyata banyak juga ya sisi positif memunyai pasangan/istri yang cinta buku dan membaca. Siap-siap bagi yang akan atau sedang taaruf untuk memasukkan kriteria ini dalam mencari pasangan. Untuk yang sudah terlanjur, tak ada salahnya mulai menggiatkan cinta buku dan membaca di dalam keluarga masing-masing. Bukankah Allah meninggikan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat sebagaimana dalam firmanNya QS. Al Mujadalah: 11? Jadi tunggu apalagi.... hehe..

Koma Dan Titik

Kamis, 21 Mei 2015

Kehidupan ini saya ibaratkan sebagai untaian kata-kata yang terangkai dalam satu kalimat. Sebuah kalimat, tentunya akan membentuk berbagai macam arti, disaat kita meletakkan tanda koma dan titik di dalamnya. Tentunya kita akan senantiasa berupaya untuk dapat membentuk suatu kalimat kehidupan yang memiliki makna yang dalam. Namun bagaimana kita dapat membentuk kalimat tersebut ?
Sebelum mengulas lebih lanjut, ada baiknya kita memahami dahulu apa fungsi dasar dari koma dan titik itu. Salah satu fungsi dari koma itu adalah sebagai penghubung kalimat, menandakan tempat jeda sesaat dari suatu kalimat. Jadi ketika kita berbicara tentang koma, tentunya tidak lepas dari hal-hal yang bersifat fleksibel. Dalam kehidupan, saya ibaratkan koma itu adalah suatu harapan, peluang, dan bisa juga suatu alasan. Selayaknya harapan, padanya masih terbuka kesempatan berpikir dari banyaknya kemungkinan dan kesempatan untuk merancang atau melanjutkan langkah kedepan.
Sedangkan titik, salah satu fungsinya adalah sebagai tanda berakhirnya suatu kalimat. Jadi titik tentunya sangat berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya lebih pasti dan biasanya menjadi akhir dari suatu kesimpulan. Di dalamnya tidak ada keraguan, tanpa ada kebimbangan, hanya ada kepastian.
Layaknya kehidupan ini, sepantasnyalah kita terus berupaya dan berjuang dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Tak pernah ada manusia yang sempurna, yang ada hanyalah manusia yang senantiasa "berproses" untuk mengarah ke arah kesempurnaan. Maka jangan pernah berhenti dalam satu titik, ketika kita belum yakin dengan apa yang kita perjuangkan. Jangan pernah berhenti pada satu titik, ketika kita belum cukup mampu membuktikan apa yang ingin kita buktikan. Tak perlu takut tuk menempatkan beberapa koma, jika memang itu dibutuhkan demi mencapai suatu titik.
Maka, tempatkanlah dengan tepat beberapa koma dalam kalimat kehidupanmu. Dipastikan kalimat kehidupanmu akan berakhir pada satu titik yang penuh makna. Namun di saat kita keliru dalam menempatkannya, dipastikan kalimat kehidupanmu akan berakhir pada sebuah titik yang penuh kehampaan. Salam... 

Wanita Itu Mutiara

Rabu, 07 Januari 2015

Woman was made from the rib of man, She was not created from his head to top him, Not from his feet to be stepped upon, She was made from his side to be close to him, From beneath his arm to be protected by him, Near his heart to be loved by him.
Kedengarannya agak gimana… gitu, tapi yeach… begitulah kenyataannya. Wanita memang demikian adannya.
Bagaimana perasaan seorang pria jika dikelilingi banyak wanita?
Jika pertanyaan itu disodorkan kepada saya, maka ungkapan “bangga” nampaknya cukup mewakili perasaan saya. Saya senang setiap hari dikelilingi wanita cantik, shalihah pula (Insya Allah). Dan tentu pada saat itu saya semakin merasa menjadi ‘pangeran’.
Ups, jangan curiga dulu, karena wanita-wanita cantik nan shalihah yang saya maksud adalah Ibu dan saudara-saudara saya yang ‘kebetulan’ kebanyakan adalah wanita.
Karena itulah, dalam hidup saya tidak ingin berbuat sesuatu yang sekiranya dapat mengecewakan dan melukai seorang wanita. Namun sikap yang tepat dan bijak harus diberikan seorang pria mengingat wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang apabila terdapat kesalahan padanya, pria harus berhati-hati meluruskannya. Terlalu keras akan mematahkannya, dibiarkan juga salah karena akan tetap pada kebengkokannya.
Meski demikian, tidak sedikit pria ‘harus membiarkan wanita kecewa’ demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena selanjutnya akan berbuah manis.
Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati sebelum menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah menyemai pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh perubahan.
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga keagungan penghormatan.
Tidak berlebihan pula jika Rasulullah menjadikan seorang wanita (Fathimah) sebagai orang pertama yang kelak mendampinginya di surga.
Untung saya bukan penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan cintanya sebatas syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak di mata hanyalah wanita sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan ketika tak lagi menyenangkan. Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron yang kerap diagung-agungkan wanita. Karena kalau saya jadi mereka, tentu ‘kebanggaan’ saya dikelilingi wanita cantik bisa berbeda makna dengan kebanggaan saya sebagai seorang yang bukan siapa-siapa.
Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya bukanlah mereka yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan selayaknya mutiara dan tak selembut sutra. Bukan wanita yang mencampakkan dirinya sendiri dalam kubangan kehinaan berselimut kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti wanita yang rela diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya sendiri, atau bahkan pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh nuraninya sendiri sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas mendapatkan penghormatan, bahkan oleh buah hatinya sendiri.
Dan sudah pasti, selain tak ada wanita-wanita macam itu yang akan mendekati lelaki bukan siapa-siapa seperti saya ini, saya pun tentu tidak akan betah berlama-lama berdekatan dengan mereka, apalagi bangga. Semoga !!!
 
Powered by Telu Wolu 38

Most Reading

Jadwal Waktu Sholat