Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Join us on Facebook

Side Ads

Cari Blog Ini

My Facebook

.

.

PDKT Via Sosmed (Hp, Fb, twitter, dsb.)

Kamis, 20 November 2014

Manusia adalah makhluk sosial yang mendambakan hidup damai dan harmonis. Adalah normal jika manusia mengalami ketertarikan dengan lawan jenisnya. Motivasi untuk bisa mengenal karakter, menyamakan pandangan hidup dan motif-motif lainnya, seringkali dijadikan dalih pembenaran untuk melakukan pacaran, bahkan beberapa pihak ada yang sedikit peduli dengan kelestarian norma etik-sosial sehingga merumuskan konsep “Pacaran Islami”.

Cinta dalam Islam tidak dilarang, karena ia berada diluar kendali manusia. Dalam Al-Quran disebutkan:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita (Q.S Ali-Imran 14)
Redaksi ayat diatas menjelaskan bahwa dalam diri manusia telah ditanam benih-benih cinta yang yang sewaktu-waktu bisa tumbuh ketika menemukan kecocokan jiwa. Bahkan, cinta merupakan anugrah yang harus disyukuri dengan mengekspresikan dan membinanya sesuai dengan norma syari’at. Islam dengan universalitas ajarannya telah mengatur hubungan manusia baik secara vertikal maupun horizontal, tak terkecuali hubungan antara dua muda-mudi yang sedang dirundung asmara.

Diakui atau tidak, rasa cinta dapat mendorong terhadap perubahan perilaku seseorang yang sedang dilandanya. Bahkan terkadang dapat memotifasi terhadap tingkah laku buruk (tidak sesuai dengan syari’at). Seribu cara ia lakukan demi mewujudkan keinginannya. Disisi lain, terkadang ada seseorang merasa sulit untuk mengungkapkan isi hatinya. Akhirnya, Atas nama cinta, perasaan yang selalu terpendam diungkapkan melalui via SMS atau facebook atau jejaring sosial lain yang sejenis.
Bagaimana Islam mengatur hubungan sepasang remaja yang sedang dilanda asmara? Adakah konsep “Pacaran Islami” dalam tradisi Islam? Bolehkah PDKT via HP, facebook dan lain sebagainya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Marilah kita simak uraian singkat dibawah ini!

Definisi Pacaran

Istilah “pacaran” secara harfiah tidak pernah dikenal dalam tradisi Islam. Secara umum, tidak cukup kiranya jika kata “pacaran” hanya didefinisikan dengan pertemanan, berduaan ditempat yang sepi, atau diartikan dengan makan jagung berduaan, nonton bareng, ngobrol atau apel setiap malam minggu kerumah sang kekasih. Kata “pacaran” lebih tepat jika diartikan dengan hubungan kemesraan antara dua sejoli yang saling memadu kasih. Sebab konotasi dari kata ini lebih mengarah kepada hubungan pra-nikah yang lebih intim dari sekedar media saling mengenal. Sepasang kekasih bisa dikategorikan sedang berpacaran, sekurang-kurangnya apabila keduanya pernah bergandengan tangan. Dengan demikian, tidak berlebihan kiranya jika istilah pacaran dianggap bid’ah dalam tradisi Islam.

Dipihak lain, sangat tidak tepat jika kata pacaran diidhafah-kan(disandarkan) dengan kata “Islam”. Sebab jika kita mendengar istilah “Pacaran Islami”, maka secara axiomatic (badihi), akan timbul persepsi bahwa Islam telah melegalkan pacaran yang selama ini menjadi momok penghancur generasi muda yang taat beragama. Padahal konsep "Pacaran Islami" justru ditengarai menjadi perangkat untuk merusak jiwa para generasi muda Islam. Sebab secara tidak langsung, mereka akan lebih berani dan terdorong untuk memperluas wilayah pergaulan bebas antar lawan jenis tanpa mengetahui prosedur yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Akibatnya, akan terjerumus dalam “cinta terlarang”. Bahkan mereka tidak sadar bahwa semua itu sebenarnya merupakan virus yang dikemas dalam bungkus agama. Tentunya kita masih ingat dengan acara Take me out yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Dalam acara tersebut, kita jumpai istilah “Ustadz Cinta”, sebuah istilah baru yang secara esensial sulit untuk kita definisikan. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah tersebut. Sangat tidak logis jika kata “Ustadz” disandarkan pada kata “Cinta”. Sebab konotasi kata “ustadz” adalah seorang guru ngaji. Dan masih banyak lagi istilah-istilah baru yang tidak pernah ditemukan dalam tradisi Islam, bahkan terkesan ingin menghancurkan budaya Islam. Hal ini sesuai dengan pernyataan sahabat Ali Radhiyallahu ‘anhu:
كلمة حق اريد بها باطل
Pernyataan tersebut merupakan bantahan atas semboyan لا حكم الا لله yang diusung oleh kaum Khawarij karena ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan sahabat Ali yang menerima arbitrase (tahkim). Semboyan tersebut memang benar, namun ditafsirkan lain oleh mereka.
Dalam konteks ini, Islam telah mengenalkan prosedur yang sangat indah dan proporsional yang mengatur hubungan antara lawan jenis, yaitu konsep khitbah.

Khitbah, Solusi Berpahala

Pernikahan dapat terjalin dengan penuh rasa kepercayaan bila didasari pengetahuan akan karakter masing-masing dari dua sejoli. Pernikahan dalam Islam bukanlah sekedar tempat berlabuh hasrat seksual, tetapi merupakan peristiwa sakral yang menyatukan antara sepasang manusia dalam satu bahtera rumah tangga yang bertanggung jawab, hak dan kewajiban bersama untuk membina dan mengarungi mahligai cinta menyambung estafet kehidupan, sebagaimana yang telah dianjurkan oleh baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Agar nilai sakralitas sebuah pernikahan tetap terjaga, maka posisi khitbah sangat urgen untuk menjembatani kemungkinan kekecewaan kedua belah pihak sebelum ikrar nikah. Lantaran proporsi fundamental khitbah hanya sebagai media ta’aruf (saling mengenal), maka legalitas kedekatan hubungan ini sangat terbatas.

Para ulama sepakat bahwa khithbah sebelum nikah hukumnya diperbolehkan. Namun mereka berbeda pendapat apakah khithbah hukumnya sunah ataukah hanya diperbolehkan saja? Pendapat yang kuat dari kalangan Syafi’iyah mengatakan bahwa khithbah hukumnya sunah. Mereka beralasan karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah melamar (Khitbah) Aisyah binti Abu Bakar dan Hafshah binti Umar ibn khaththab. Sementara mayoritas ulama mengatakan boleh, tidak disunahkan.

Para fuqaha sepakat bahwa seorang pria yang bertujuan untuk menikahi seorang wanita diperkenankan terlebih dahulu melihatnya meskipun pihak wanita tidak memberi izin. Ibn Qudamah mengatakan: “Saya tidak mengetahui para ulama berbeda pendapat tentang diperbolehkan melihat perempuan bagi seseorang yang hendak menikahinya”. Mayoritas ulama (Syafi’iyyah, Malikiyyah, Hanafiyyah dan sebagian Hanabilah), mengatakan bahwa hukum melihat tersebut adalah sunah, berdasarkan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam:
اُنْظُرْ إِلَيْهَا ، فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يَدُوم بَيْنكُمَا المَوَدَّةُ وَالأُلْفَةُ
“Lihatlah dia, karena hal itu lebih layak melestarikan rasa cinta dan sayang diantara kalian berdua” (HR. Ibn Hibban.

Sebaliknya, seorang perempuan juga dianjurkan untuk melihat calon suami sebagai pendamping hidupnya. Bahkan terkait dengan persoalan ini, Ibn Abidin mengatakan seorang wanita lebih berhak dari pada laki-laki, sebab bagi seorang laki-laki mempunyai peluang besar untuk meninggalkan wanita yang tidak dicintainya, berbeda halnya dengan seorang perempuan, ia akan kesulitan untuk mencari pengganti yang lebih ideal ketika menemukan ketidakserasian dalam diri sang suami.
Hukum diperbolehkan melihat di atas, dalam pandangan mayoritas ulama, hanya dikhususkan bagi orang yang mengetahui secara pasti atau minimal punya dugaan kuat lamarannya akan diterima. Sehingga apabila peluang cintanya ditolak lebih besar dari pada diterima, maka ia dilarang untuk melihat calon pendamping hidupnya.

Menurut mayoritas ulama, dalam proses seleksi karakter calon pendamping, seseorang hanya diperbolehkan melihat wajah dan telapak tangan (dhohir dan bathin) meskipun khawatir akan menimbulkan fitnah atau syahwat. Hal ini juga dapat dilakukan hingga berulang kali –tiga kali atau lebih- sampai yakin dan menemukan karakter calon pendamping yang ideal selama tetap menjaga aturan-aturan syara’, seperti tidak terjadi khalwah dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, sebagian ulama Hanafiyah dan Hanabilah mengatakan bahwa bagian tubuh perempuan yang boleh dilihat pada saat khitbah tidak terbatas pada wajah dan kedua telapak tangan saja. Toleransi ini, dalam pandangan mereka, lebih luas hingga pada bagian-bagian yang menurut umumnya terlihat, seperti wajah, telapak tangan, leher, telapak kaki, kepala dan betis. Mereka beralasan, karena ada kebutuhan dan hadits yang menegaskan tentang diperbolehkan melihat wajah adalah bersifat mutlak. Abu Dawud ad-Dhahiri mengatakan bahwa calon suami diperbolehkan melihat seluruh anggota badan. Namun pendapat Ini adalah pendapat munkar dan syadz (keluar dari ketentuan syariat), sebab akan menimbulkan fitnah.

Penjajakan karakter pasangan juga dapat dilakukan dengan cara mengutus seorang perempuan atau laki-laki yang halal melihatnya, untuk selalu meneliti perihal perempuan yang hendak ia nikahi. Atau juga dapat dilakukan dengan cara konsultasi dengan orang yang lebih mengetahui perihal calon pendamping hidupnya. Bagi pihak yang dimintai konsultasi wajib untuk membeberkan semua keburukan-keburukan yang tidak dapat ditolelir. Membuka aib dalam konteks ini bukanlah sebuah larangan selama ada niat untuk saling memberi nasehat antar sesama, bukan dalam rangka menyakiti perasaan orang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam telah mengatur hubungan sepasang remaja yang sedang jatuh cinta bukan dengan hubungan tanpa batas, atau diistilahkan dengan “Pacaran Islami” yang hanya dimulai dengan basmalah dan diakhiri dengan hamdalah, namun hubungan yang dibingkai dengan nilai-nilai luhur dan dihiasi dengan fitrah keindahahan.

PDKT Via Sms, Facebook serta Sosial Media Sejenisnya

Sebagai muslim sejati yang komitmen dan patuh dengan ajaran agama, tidak jarang ujian dan kendala datang menghambat dan menghadang jalan suluknya kepada sang ilahi Rabbi. Tak ketinggalan generasi muda penerus perjuangan bangsa dengan segala perbedaan latarbelakang pendidikanya juga harus berpegang teguh dan tahan banting menghadapi beragam godaan syeitan. Secara psikologis, generasi muda lebih suka hidup berfoya-foya dan menyalurkan hasrat seksual dengan cara apapun.
Belum lama ini, kita diingatkan dengan tragedi heboh “Sms Zina” dan pengaruh buruk facebook yang melanda muda-mudi negara tercinta. Tidak sedikit gadis-gadis yang tidak berdosa menjadi korban keganasan laki-laki hidung belang (bejat). Penculikan, pencabulan dan pemerkosaan gadis di bawah umur sempat menjadi tranding topic salah satu media masa. Ironisnya, perbuatan yang melanggar norma agama ini, baik dilakukan atas dasar suka sama suka atau karena dipaksa, terjadi akibat beberapa baris kalimat yang ditulis dalam sebuah pesan singkat
.

Sungguh benar kata pepatah “memandang (pandangan), lalu tersenyum, lantas mengucapkan salam, kemudian bercakap-cakap, berjanji dan akhirnya bertemu”.
Diakui atau tidak, interaksi antar lawan jenis melalui media apapun sangat berbahaya, lebih-lebih bagi orang yang lemah imannya dan dangkal wawasan keilmuannya. Meningkatnya prosentase pergaulan bebas, kenakalan remaja dan degradasi moral timbul akibat kurangnya pengetahuan tentang norma-norma agama.

Dalam rangka meraih kesuksesan PDKT, tidak jarang para mania sms dan facebooker sejati melakukan obral janji, tebar pesona, dan mengeluarkan jurus “rayuan gombal”. Lebih-lebih jika isi tulisannya memancing dan membangkitkan nafsu birahi. Hobi mereka adalah menggoda, mempermainkan dan menyakiti perasaan wanita. Bahkan sebagian dari mereka ada juga yang berperan sebagai playboy gadungan yang tidak bertanggung jawab karena memilki semboyan “habis manis sepah dibuang”.
Imam Ibn Hajar al-Asqalani dalam karyanya Fath al-Bari (Syarh Sahih al-Bukhari) mengatakan bahwa berbicara dengan wanita diperbolehkan hanya dalam kondisi dharurat saja. Di dalam Is’ad al-Rafiq disebutkan “Salah satu diantara berbagai macam maksiat adalah melakukan sesuatu yang dapat berpotensi menimbulkan keharaman”. Al-Ghazali dalam Ihya’-nya mengatakan melakukan sesuatu yang menurut umumnya (ada dugaan kuat) menimbulkan kemaksiatan adalah maksiat. Menurutnya, sebuah maksiat tidak harus wujud secara real.

Demikianlah gambaran dampak negatif PDKT dan pergaulan lawan jenis yang melanggar norma syari’at. Bermula dari situ ada salah satu forum bahtsul masail yang memutuskan bahwa PDKT via sms, facebook dan lain sebaginya tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan hal-hal negatif. Wallahu A’lam bi al-Shawab.

Referensi:
·      Hasyiah AL-Jamal vol. IV hlm. 120
·      Fath al-Mu’in vol III hlm 298-299
·      Al-Fiqh al-Islami vol. IX hlm 6507
·      I’anah al-Tholibin vol. III hlm 299
·      Hasyiah Al-Bajuri vol. II hlm 101
·      Tafsir al-Qurthubi vol. XVI hlm. 340-341
·      Ihya’ Ulum al-Din vol. II hlm. 160
·      Is’ad al-Rafiq vol. II hlm. 93
·      Fath al-Bari vol. I hlm 238


Wahai Generasi Online, Angkat Kepala Anda Demi Dunia yang Lebih Indah!

Rabu, 15 Oktober 2014


Sekarang semua orang bisa membeli gadget. Banyak di antara kita yang hidup di antara dua dunia, dunia nyata dan dunia maya. Semua berkat tablet, ponsel, komputer dan semua gadget canggih yang kita miliki.

"I fear the day technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots." - Albert Einstein

Apa yang ditakutkan Einstein mulai terjadi. Benda kecil, ramping, tipis dan canggih itu sebenarnya mulai 'mengendalikan' kehidupan pemiliknya. Kalau dulu kita lebih banyak melakukan, kini kita mulai banyak bicara dalam tulisan.

Sebenarnya kita bisa memahami perasaan lewat tatapan, kini kita hanya menangkap dari apa yang kita dengarkan. Sebagian besar generasi online mengalaminya. Oleh karena itu, coba angkat kepala Anda.
Video di atas menunjukkan mengapa Anda perlu mengangkat kepala dan melihat lebih banyak, mengalami lebih banyak. Sebagian besar generasi gadget menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri. Kita punya banyak teman online, tapi kita sebenarnya saling menyendiri.

Coba angkat kepala Anda dan lihat siapa yang sedang bicara dengan Anda. Letakkan gadget Anda dan lakukan lebih banyak hal di luar sana. Sisihkan sebentar gadget Anda dan temukan orang baru yang bisa Anda ajak berinteraksi sesungguh-sungguhnya.

Ini bukan sebuah ajakan untuk membenci teknologi. Hanya saja, Anda bisa lebih bijak menggunakan waktu dan teknologi yang Anda miliki. 

"Jangan terpaku pada gadget Anda. Tidakkah Anda merasa kurang dihargai saat sedang bicara berdua atau dalam forum, tapi orang lain sibuk dengan gadget mereka?"





Sumber :

vemale

Sok Tua Sok Bijak

Rabu, 30 Juli 2014


Suatu malam, saya menyempatkan potong rambut di sebuah salon kecil di kota saya. Tak dinyana, salon yang biasanya sepi mamring ini mendadak ramai sekali. Antrinya minta ampun. Sepertinya hampir semua salon di kota saya pada Hari Minggu itu memang membludak. Yah, mungkin karena udara di kota saya akhir-akhir ini mendadak panas bukan kepalang. Pergantian musim dari kemarau ke penghujan kiranya yang membuatnya begitu. Rambut yang tumbuh lebat di kepala tentu semakin membuat gerah sekujur badan. Pun demikian dengan saya. Kepala ini semakin terasa berat menyandang rambut tak beraturan yang mulai menjalar sampai krah baju. Padahal saya benar-benar bermimpi memiliki rambut panjang. Mengingat bagian depan kepala saya sedikit membotak, saya selalu berandai-andai seperti Piyu Padi. Tapi alih-alih seperti musikus kondang itu, setelah saya amati benar-benar kok muka saya menjadi semakin aneh. Semakin lucu. Semakin memperlihatkan aroma kejenakaan Saya jadi sering tertawa geli memandang sosok wajah ini di depan cermin. Duh…gusti, ini anugerah atau bencana baik yang patut disyukuri…hehe.

Bukan masalah pergantian cuaca atau rambut yang mulai rontok yang menjadi sasaran utama posting saya kali ini sebenarnya. Tapi suara-suara yang selalu menggelitik nurani saya. Suara-suara yang selalu berdengung : kamu sudah tua, apa yang telah kauperbuat dalam hidup ? Apa jasa dan tenagamu bagi kehidupan ? Adakah makhluk lain merasa nyaman dengan keberadaanmu di dunia ? Ataukah engkau hanya menjadi pelengkap derita saja ? Pertanyaan-pertanyaan yang kadang menelisik sampai jauh ke dalam pikir saya. Membuat saya banyak melamun, mengingat-ingat masa lampau sambil membayangkan masa-masa yang akan datang. Yah, begitu banyak lika-liku dan cerita di dalamnya. Terkadang jalan hidup memang tak seperti yang kita kehendaki, tapi pada akhirnya kita tetap harus bersyukur. Betapa tuhan telah menyuratkan cerita begitu berwarna pada diri kita. Belum tentu orang lain memilikinya. Tinggal kita mengolahnya dengan sedikit rasa agar bisa memberi arti bagi diri kita sendiri, orang lain ataupun lingkungan sekitar.

Dan memang saya harus benar-benar bersyukur. Setelah saya renungkan, banyak juga catatan kebaikan dan nilai kemanfaatan saya di dunia. Walau tentu saja banyak juga keburukan yang saya lakukan. Manusia tidak ada yang sempurna.Yang terpenting kita selalu berupaya berbuat baik dan bermanfaat bagi sesama. Apapun itu. Insyaallah niatan itu akan dapat saya lakukan. Kebetulan sekali pula banyak sahabat yang hari-hari belakangan ini bertukar pikiran dengan saya. Dan secaragaris besar masalah yang mereka hadapi adalah sama : kebingungan atau ragu memilih arah jalan hidup ketika di hadapan mereka terbentang begitu banyak pilihan untuk merenda masa depan. Terkadang memang sulit hidup diantara pilihan-pilihan. Tetapi begitulah kehidupan. Tidak semuanya dapat kita raih. Sebenarnya menurut saya, apapun pilihan kita itu adalah baik. Asal ada tanggungjawab dan dilakukan dengan sepenuh hati.So…maju terus dengan pilihan dan impian-impianmu kawan.

Sebagai penutup, saya akan menukilkan kata mutiara yang saya dengar di radio pagi tadi. Hidup bukanlah melakukan segalanya. Hidup adalah melakukan sesuatu. Tentang maksud kata-kata itu, silakan Anda jabarkan sendiri…hehe.

Jadilah Seperti Pensil

Jumat, 21 Februari 2014

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
pertama:
pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
kedua:
dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
ketiga:
pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
keempat:
bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
kelima:
sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…  Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini
 
Powered by Telu Wolu 38

Most Reading

Jadwal Waktu Sholat