Catatan Dari Seorang Kawan,
Saya menulis ini hanya untuk fun saja tanpa telaah yang mendalam. Hanya berdasarkan yang saya lihat di lapangan, kemudian sedikit saya pikirkan terus saya ketik langsung dalam postingan ini. So…kalo ada fakta yang terlewat dan dalil yang keliru mohon dimaafkan kiranya.
Saya adalah orang yang bekerja di ruang public atau keramaian sehingga sedikit banyak sering mengamati tingkah laku dan gaya hidup orang-orang yang berlalu lalang di depan hidung saya. Salah satu yang menarik perhatian adalah gaya berpakaian remaja atau generasi muda perempuan kita sekarang ini. Bukannya mau pukul rata, tapi saya bisa memastikan bahwa remaja putri sekarang terkesan lebih bebas dan leluasa dalam berbusana dibandingkan dulu. Mereka terkesan ingin lebih mengeksplore potensikeperempuanannya seperti bentuk tubuh yang ramping, dada yang montok ataupun pantat yang seksi. Alhasil seperti yang sering kita lihat, model-model pakaian remaja putri zaman sekarang adalah yang you can see dan serba pendek ataupun juga yang super ketat.
Trend inipun merambah pula ke busana muslim. Lihatlah jilbab-jilbab (kalo tidak bisa dikatakan penutup kepala) model sekarang. Seperti acsesoris yang dililitkan di kepala saja, dengan kaos dan jeans ketat yang membungkus lekuk tubuh yang tercetak dengan jelas. Apabila mereka membungkuk atau membonceng kendaraan bermotor maka jeans itu akan segera tertarik ke bawah dan segeralah terlihat celana dalam atau g-stringnya. Sebagai lelaki normal saya sering tertawa sendiri melihat hal itu sekaligus bersyukur karena nikmat pemandangan yang gratis itu…hehe. Di lain pihak juga prihatin karena maksud jilbab yang sebenarnya menjadi demikian kabur. Alih-alih untuk menutup aurat agar tidak merangsang syahwat tetapi malah membuat mata lelaki menjadi semakin jelalatan : D.
Saya kemudian teringat buku ‘Renungan dari Yogya’ karya antropolog UGM, almarhum Masri Singarimbun, beliau menaruh iba kepada remaja-remaja kita yang kini hidup dalam fase abad manusia yang seolah diperbudak oleh peradaban hanya karena sebuah tuntutan modernisasi ataupun globalisasi, yang menciptakan humanisme global yang kering akan nilai-nilai spritualisme dan religius. Satu sisi remaja putri (cewek) kita dituntut selalu kukuh dan patuh dengan aturan norma agama maupun sosial yang ada, namun dilain sisi teknologi dan kebudayaan merangsang pola pikir dan gaya hidup para remaja untuk selalu permisiv terhadap nilai-nilai globalisasi yang mengaburkan batas nilai antara norma moral dan agama itu sendiri.
Demikianlah, agar tidak dikatakan ketinggalan jaman ataupun tidak gaul seolah dijadikan pembenaran atas model berpakaian mereka. Fungsi pakaian yang sebenarnya yakni untuk melindungi tubuh dan menjaga kesopanan menjadi tak ada lagi. Mungkin hanya dari segi estetika atau keindahan saja fungsi pakaian zaman sekarang menemukan fungsinya. Tak terasa dengan sendirinya mereka telah tereksploitasi keperempuanannya oleh arus zaman yang terkadang malah memperbudak atau membatasi gerak-gerik dalam beraktivitas. Lihatlah remaja-remaja putri yang sedikit-sedikit harus menarik kaos ketatnya ke bawah karena g-stringnya menyembul ke atas itu : D.
Oh…ya, bagi Anda yang belum kenal g-string, saya beritahu sedikit. Ini adalah bentuk celana dalam yang ngetrend jaman sekarang. Bentuknya minimalis, mungkin hanya seutas tali plus sehelai benang yang menutup bongkahan pantat. Orang-orang ada yang menyebutnya cemas kependekan dari celana masuk s***t. Menurut kamus wikipedia g-string merupakan busana yang dikenakan manusia paling awal pada zaman dulu kala. Mungkinkah semboyan back to nature benar-benar terealisasi dengan ini, dimana dalam berpakaian pun seakan kita mengacu masa purba dulu. Entahlah…hehe.
Itulah tulisan saya kali ini. Hanya sambil lalu dan intermezo semata. Yang jelas, saya akui sejuju-jujurnya, jiwa lelaki saya tetap merasa girang apabila melihat perempuan memakai kaos dan jeans ketat yang apabila merunduk g-stringnya nongol keatas. Apalagi kalo cewek itu tinggi semampai dan berambut panjang kaya Luna Maya….Whakaka ! Gawat boss….