Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Join us on Facebook

Side Ads

Cari Blog Ini

My Facebook

.

.

Manfaatkah Ilmu Kita ???

Selasa, 30 Juni 2015

Ibnu Atho’illah As-sakandary dalam kitab Al Hikamnya berkata,

خير العلم ما كانت الخشية معه

”Sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bisa mendatangkan ketakutan kepada Allah bersamanya”.
Ilmu yang baik bukanlah ilmu yang banyak dan berapa jilid kitab yang telah dipelajarinya, namun tolok ukur dari suatu ilmu dikatakan BAIK dan MANFAATyaitu apabila ilmu tersebut bisa mendatangkan rasa takut kepada Allah. Takut dalam arti tidak berani meninggalkan yang diperintahkan danmenjalankan apa yang dilarang.
Oleh sebab itu Allah Azza Wajalla mendeskripsikan bahwa yang dinamakan Ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah, Dia berfirman,

إنما يحشى الله من عباده العلماء

Ilmu yang dimiliki oleh seseorang hendaknya membuat ia semakin dekat kepada Allah dengan rajin menjalankan perintahnya dan sekuat tenaga menjauhi laranganNya karena dilandasi takut akan murka Allah subhanahu wata’ala.
Sayyidina Ali radhiyallahu anhu pernah berkata bahwa yang disebut orang alim bukanlah orang yang banyak ilmunya, akan tetapi yang disebut orang alim adalah orang yang dapat mengamalkan ilmunya. Mencari ilmu itu berat dan susah, akan tetapi mengamalkannya jauh lebih susah.
Oleh sebab itu agar ilmu yang kita miliki tersebut membawa imbas terhadap rasa khosyah kita kepada Allah, maka sangat perlu diperhatikan dari mana kita memperoleh ilmu tersebut. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

العلم من الدّين، فانظروا من أين تأخذون دينكم

”Ilmu merupakan bagian dari agama, sebab itu.. lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian”.
Guru yang alim dan adil memiliki peranan penting dalam membimbing ruhani kita, sebab salah dalam mengambil guru itu sama halnya salah tujuan yang berakibat salahnya aqidah dan pola pikir kita. Jangan sampai ilmu yang kita miliki hanya “menthok” pada dinding-dinding perpustakaan atau pada jilid-jilid buku dan kitab karena tidak bersambung hingga Nabiyyuna Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Mendalami ilmu dari buku ataupun kitab tidaklah tercela hanya saja ketika menemukan sejumlah musykilah hendaklah bertanya kepada ahlinya,

فاسئلوآ أهل الذّكر إن كنتم لا تعلمون ..

” maka bertanyalah kalian kepada orang yang mengerti,  jika kalian tidak mengerti”.
Semoga apa yang telah kita usahakan dalam rangka pemenuhan kelayakan diri untuk menjadi pribadi yang mumpuni dalam penghambaan kepada ilahi diridhoi. Amien, Wallahua’lam…

Gagal Itu Biasa, Tapi Jangan Takut Untuk Mencoba

Jumat, 12 Juni 2015

Kita tahu semua orang memandang rendah terhadap orang yang gagal, memandang sebelah mata terhadap ‘’mereka yang terpuruk”. Gagal dianggap sebagai pantangan, mengukur seseorang melalui prestasi yang diraih, menilai tinggi kesuksesan dan menilai rendah terhadap kegagalan. Memuji-muji mereka yang sukses dan mencemooh, menghina bahkan memandang rendah mereka yang gagal. Sehingga gagal dianggap sebagai aib yang haram terjadi.

Benarkah seburuk itu kegagalan?

Tidakkah kita membaca… Kenyata’anya, dalam kehidupan ini banyak tokoh-tokoh besar, tak terkecuali para Rasul yang dibekali dengan berbagai kelebihan terlahir dan dikenal setelah mereka digembleng oleh berbagai kegagalan. Bahkan semakin banyak mereka gagal semakin hebat mereka sesudahnya.
Terus… masihkah kita takut mengalami kegagalan jika kegagalan itu adalah jalan menuju kesuksesan???.

Teringat sebuah kata bijak, “hanya layang-layang yang berani menantang laju angin yang mampu terbang tinggi”.

Pada dasarnya semua orang beranggapan penting menang terlalu dibesar-besarkan sehingga lupa bahwa sesungguhnya dengan kegagalan kita akhirnya menjadi pemenang yang unggul.
Nah, kalau begitu kenapa kita mesti takut gagal jika kegagalan adalah step yang mesti kita lalui dalam proses mencapai kesuksesan.

Oh salah ..., lebih tepatnya “kesuksesan sejati”, karena kita lebih tahu secara komplek mengenai kesuksesan yang telah kita raih, bukan sekedar sukses, tapi kita juga mendapatkan pelajaran dari kegagalan yang kita alami sebelumnya.

Seringkali orang-orang memandang orang yang sukses dari segi suksesnya saja tanpa tahu liku-liku di balik perjalanan menuju kesuksesan itu. Padahal di balik kesuksesan seseorang terdapat seribu kegagalan yang dia alami sebelum akhirnya menuai kesuksesan.

“Orang yang ‘sukses’ sebenarnya lebih banyak mengalami kegagalan dari pada orang yang ‘gagal’, hanya karena mereka lebih banyak mencoba dari pada orang yang tidak sukses”. Ya begitulah sebenarnya apa yang terjadi, selalu mencoba dan mencoba. Gagal bukanlah sebuah akhir perjuangan melainkan gagal adalah pelajaran dari awal perjuangan kita yang lebih cerdas. Jadi, jika kita ingin menjadi sesuatu maka kita harus bersedia melakukan apa yang dibutuhkan untuk menjadi sesuatu itu.

// hanya layang-layang yang berani menantang laju angin yang mampu terbang tinggi //

Setiap orang minimal harus pernah gagal sekali. Semakin parah kegagalan, semakin besar peluang meraih kesuksesan di kemudian hari. Tapi jika kita tidak berani mengambil resiko kegagalan, ada satu cara mengelak dari keterpurukan akibat kegagalan. “Jangan menjadi apa-apa dan jangan berbuat apa-apa, bunuh semua cita-cita”. Solusi ini terbukti dan telah teruji tak pernah gagal.

Kalau begitu, masihkah ada alasan bagi kita untuk takut akan kegagalan ?. Jangan berhenti untuk terus mencoba, karena kita tak akan pernah tahu hasilnya sampai kita mencobanya. Seperti kata Iwan Fals, “Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.

Balik lagi, kegagalan bukanlah sebuah akhir dari perjalanan hidup kita, melainkan awal dari perjuangan hidup kita yang lebih cerdas. Kesuksesan itu telah ada di hadapan kita, tinggal kita mau meraihnya apa tidak.

Adakah Yang Lebih Penting ..???

Ketidaktahuan akan masalah agama nggak semuanya merupakan hal yang bisa ditolerir,,
Sangatlah tepat jika ada yang mengatakan “orang yang bodoh adalah musuh bagi dirinya sendiri” so, orang yang jernih akalnya akan selalu mendahulukan perkara-perkara terpenting diantara yang penting… maka cobalah kita bertanya pada diri kita.. “ADAKAH YANG LEBIH PENTING DARI MENUNTUT ILMU AGAMA..???
Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,

إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ

Sementara kita jelas-jelas ingin menjadi yang terbaik-yang dipandangNya, dengan cara memperjuangan sifat diri dalam penghambaan kepadaNya melalui “CARA-CARA YANG TELAH DITENTUKANNYA” demi untuk meraih taqwa yang didamba. Nah,, untuk meraih taqwa jalan satu-satunya tentunya dengan mempelajari ilmu agama,,
Lha bagaimana bisa taqwa kalau Nggak ngerti halal-haram, Nggak bisa bedakan yang wajib dan yang sunnah, Nggak ngerti perkara yang manfaat dan yang membahayakan agamanya…??? It’s a IMPOSSIBLE strength…

Kita sama-sama ngerti bahwa ilmu agama adalah ilmu yang punya keutamaan yang begitu besar untuk dipelajari, maka kita mesti terus memupuk rasa semangat dalam diri kita sehingga tidak kendor. Lantas, bagaimana caranya..???
Coba kita perhatikan bagaimana teladan ulama dalam hal semangat belajar ini;
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَتَعْجِزْ

Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan menjadi orang yang lemah (patah semangat).” (HR. Muslim no. 2664).

Imam Nawawi mengatakan tentang hadits di atas, “Bersemangatlah dalam melakukan ketaatan pada Allah, selalu berharaplah pada Allah dan carilah dengan meminta tolong pada-Nya. Jangan patah semangat, yaitu jangan malas dalam melakukan ketaatan dan jangan lemah dari mencari pertolongan.” (Syarh Shahih Muslim, 16 : 194).

Dalam hadits di atas disebutkan ada tiga cara yang dapat kita pahami agar semangat kita dalam belajar tidak kendor, yaitu:
1- Semangat untuk meraih ilmu yang bermanfaat. Ketika seseorang mendapatkan hal yang bermanfaat tersebut, hendaklah ia terus semangat untuk meraihnya.
2- Meminta tolong pada Allah untuk meraih ilmu tersebut.
3- Tidak patah semangat untuk meraih tujuan.
Mari kita lihat beberapa perkataan ulama salaf yang menunjukkan semangat mereka dalam belajar.
Al Junaid rahimahullah berkata :

مَاطَلَبَ أَحَدٌ شَيْئاً بِجِدٍّ وصِدْقٍ إلاَّ نَالَهُ، فَإِنْ لَمْ يَنَلْهُ كُلَّهُ نَالَهُ بَعْضَهُ

“Tidaklah seseorang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran, melainkan ia akan meraihnya,  jika tidak seluruhnya, ia pasti meraih sebagiannya.”

Lihat saja bagaimana semangat para ulama. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal masih usia belia, terkadang beliau sudah keluar menuju halaqoh para ulama sebelum Shubuh. Ibunya saat itu mengambil bajunya dan mengatakan –sebagai tanda sayang pada Imam Ahmad-, “Tunggu saja sampai suara adzan dikumandangkan atau tiba waktu Shubuh.”

Coba perhatikan, Imam Ahmad sebelum Shubuh saja sudah bersiap-siap untuk belajar, sedangkan mata kita saat itu masih sulit untuk bangkit dari tidur yang nyenyak!
Lihat pula bagaimana semangat Al Khotib Al Baghdadi ketika membaca kitab Shahih Al Bukhari hingga tuntas pada gurunya Isma’il Al Hiriy dalam tiga kali majelis. Bagaimana majelis tersebut? Majelis pertama dan kedua dibacakan kitab shahih tersebut mulai dari Maghrib hingga Shubuh. Majelis ketiga, shahih Bukhari dibacakan dari waktu Dhuha hingga Maghrib dan dilanjutkan terus hingga terbit fajar Shubuh.

Lihat pula semangatnya Abu Muhammad bin At Tabban dalam awal-awal belajar. Ia ketika itu belajar dalam seluruh malam. Karena begitu sayang, ibunya sampai melarang ia membaca di malam hari seperti itu. Caranya agar bisa terus belajar, Abu Muhammad mengambil lampu dan diletakkan di bawah baskom sehingga dikira dirinya sudah tidur. Jika ibunya telah tidur, ia mengambil kembali lampu tersebut dan ia melanjutkan belajarnya di malam hari.

Subhanallah! Luar biasa semangat Abu Muhammad rahimahullah dalam belajar. Bagaimana dengan kita yang terus malas-malasan bahkan mungkin tidak pernah mengenal begadang (saharul-layaali) dalam menimba ilmu agama Islam?

Ibnu ‘Aqil ketika usianya mencapai 80 tahun, ia bersenandung:

Semangatku tidaklah luntur di masa tuaku,
Begitu pula semangatku dalam ibadah tidaklah usang.
Walau terdapat uban di rambut kepalaku, namun tidak melunturkan semangatku.
Hanya Allah yang memberi taufik untuk terus semangat dalam belajar.

Masih banyak cerita-cerita dari mereka para ulama yang begitu gigih dan tak pernah patah semangat dalam menimba ilmu agama. Namun, cukup kiranya sedikit cerita di atas dapat menggugah semangat kita untuk terus dan terus megkaji dan mendalami ilmu agama, meskipun di luar sana banyak sekali yang mencibirnya. Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih mengenalNya agar apa yang kita idam-idamkan terlaksana, yaitu menjadi sosok yang bertaqwa kepadaNya.

اللّهُمّ أَرِنَا الحَقَّ حَقًّا وارْزُقْنَا اتِّباَعَهُ، وأَرِنَا الباَطِلَ بَاطِلاً وارْزُقْناَ اجْتِناَبَهُ ولَا تَجْعَلْهُ عَلَيْناَ مُتَشَابِهاً فَنَتَّبِعَ الهَوَى

Wallallahu a’lam bishsshowab,
 
Powered by Telu Wolu 38

Most Reading

Jadwal Waktu Sholat